Industri pialang data beroperasi di dunia yang gelap, sering kali dengan sedikit transparansi atau akuntabilitas. Kurangnya pengawasan ini telah menyebabkan serangkaian skandal dan pelanggaran yang mengungkap kerentanan informasi pribadi dan potensi penyalahgunaan. Insiden-insiden ini menyoroti perlunya kesadaran yang lebih besar dan langkah-langkah perlindungan data yang lebih kuat.
Pelanggaran Analisis Kuah (2025):
Salah satu pelanggaran terbaru dan signifikan melibatkan Gravy Analytics, broker data lokasi yang melacak lebih dari satu miliar perangkat setiap hari. Peretas mendapatkan akses ke lingkungan penyimpanan awan Amazon Web Services (AWS) perusahaan dengan menggunakan "kunci yang disalahgunakan," yang berpotensi mengekspos informasi lokasi yang tepat dari jutaan orang. Pelanggaran ini menimbulkan masalah privasi yang serius, terutama bagi kelompok rentan yang dapat diidentifikasi dan ditargetkan berdasarkan data lokasi mereka. Data yang dicuri termasuk koordinat lintang dan bujur yang tepat dari ponsel dan waktu di mana ponsel itu berada di sana. Beberapa bahkan menunjukkan dari negara mana data tersebut dikumpulkan.
Pelanggaran Penting Lainnya:
- Exactis (2018): Pialang data ini mengekspos hampir 340 juta informasi orang ke internet publik melalui server yang tidak aman.
- Apollo (2018): Pialang data ini diretas, mengekspos miliaran titik data orang, termasuk alamat email.
- LimeLeads (2019): Pialang data ini gagal membuat kata sandi untuk server internalnya, sehingga memungkinkan siapa saja mengakses data 49 juta orang.
- Data Sosial (2020): Pialang data ini mengekspos hampir 235 juta profil media sosial di server tanpa kata sandi atau autentikasi.
Pelanggaran ini menunjukkan bahwa pialang data tidak selalu melindungi informasi sensitif yang mereka kumpulkan secara memadai. Hal ini menempatkan individu pada risiko pencurian identitas, diskriminasi, dan bahaya lainnya.
Tindakan Keras FTC:
Komisi Perdagangan Federal (FTC) telah mengambil tindakan terhadap pialang data atas praktik penipuan dan pelanggaran undang-undang privasi. Pada bulan Desember 2024, FTC melarang Gravy Analytics dan anak perusahaannya, Venntel, untuk mengumpulkan dan menjual data lokasi orang Amerika tanpa persetujuan. FTC menuduh perusahaan tersebut melacak jutaan orang secara tidak sah ke lokasi-lokasi sensitif, seperti klinik kesehatan dan pangkalan militer.
Perlunya Perubahan:
Skandal dan pelanggaran ini menyoroti perlunya peraturan yang lebih kuat dan transparansi yang lebih besar dalam industri pialang data. Konsumen membutuhkan lebih banyak kontrol atas informasi pribadi mereka dan bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, digunakan, dan dibagikan.